Riang dan gembira terlukis di hampir seluruh siswa yang mengikuti kegiatan yang kami sebut sebagai "Get Something". Siswa kami ajak ke beberapa tempat menarik untuk dijadikan tempat belajar. Layaknya sebuah laboratorium siswa melakukan pengamatan (observation), Eksplorasi (exploration), Elaborasi (elaboration), konfirmasi (confirmation), penalaran (reasoning), percobaan (experiment), penemuan (finding), pengalaman (experience) hingga menyimpilkan (conclution) secara otomatis dan alami sesuai dengan naluri seorang anak.
"Laboratorium" kami yang pertama adalah Stasiun radio. Seperti tak tahan menahan ribuan penasaran para siswa langsung menyerbu pintu masuk SONETA FM Pekalongan. Dari awalnya hanya melihat-lihat hingga mencoba mengudara bersama penyiar profesional. Dani (kelas IV), Ades (Kelas III), Zidan dan Nabil (Kelas I) cap cip cus bla bli blu "on air" layaknya penyiar beneran.
Zidan dan Nabil siswa kelas I meladeni penyiar profesional on air. Siapa takut? |
"Laboratorium" kedua kami adalah pabrik batik "H. ABBAS" salah satu pengrajin batik terbesar di Pekalongan. Di pabrik yang luasnya puluhan hektar ini, siswa kami diajak keliling melihat proses pembuatan batik printing dan sablon. Para pekerja yang semuanya ramah dengan sabar meladeni pertanyaan-pertanyaan dari para siswa yang penasaran dengan apa yang mereka lakukan.
Para siswa menikmati betul kegiatan observasi pembuatan batik. "ooh.. begitu tho?" |
"Laboratorium" kami yang ketiga adalah pabrik krupuk. Walaupun ini yang ketiga namun semangat para siswa untuk belajar tak melemah. Buktinya mereka berebut masuk dan ingin segera melihat proses pembuatan kerupuk yang biasa mereka makan setiap hari. Baik sebagai lauk maupun cemilan ringan teman minum teh hangat di sore hari.
Semua terkesima ketika melihat tukang cetak kerupuk yang cekatan menggerakkan badan dan tangannya beriringan dan khas hingga tercetak kerupuk mentah siap jemur dengan kilat dan dengan ukuran yang sama. "Wow" untuk tukang cetak krupuk. Salut.
Sset.. ssett.. ssett.. cetak kerupuk, cepat dan akurat. "Boleh kami coba?" |
"Ternyata sulit ya bikin kerupuk..." ungkapan lugu dari seorang siswa menutup pembelajaran dengan sebuah kesimpulan sederhana. Sesuatu yang diluar dugaan kami sebagai pengajar. Tanpa diminta mereka secara otomatis dan alamiah melakukan apa yang seharusnya dilakukan di ruangan yang biasa disebut "laboratorium". Ya, mereka semua melakukan walau ada yang tidak diungkapkan.
"Ini yang disebut project based learning" ungkap Munif Chatib seorang pakar pendidikan dan pakar Multple Intelligences melalui akun Facebooknya setelah memberi tanda "suka" pada foto kegiatan ini yang diunggah oleh Pak Hida salah seorang guru kami.
Dengan membawa masing-masing sekantung kerupuk dan berkantung-kantung ilmu dan pengalaman baru kami pun pulang. Terima kasih Pak H. Nur Hadi SONETA FM Pekalongan, Pak H. Abbas, dan Pak Ustadz Fathrrozak. Selain sumber bembelajaran, panjenengan semua adalah sumber inspirasi bagi kami dan anak-anak kami. Jazakumullah akhsanal jaza... amin.
_________________________________________________________
Baca juga :
* Ujian Nasional : Antara Evaluasi dan Gengsi
* Benarkah Siswa Belajar ketika Guru Mengajar??
Tidak ada komentar:
Posting Komentar